Bhayangkara FC vs Bali United

Selamat datang kembali, Semeton!

Saya Bli Pur, pembuat blog dari zaman blog masih 'bau kencur', dan inilah tempat kita berbagi kisah, bukan sekadar berita. Hari ini, mari kita buka kembali lembaran persaingan yang selalu menyisakan aroma ketegangan: duel antara Bhayangkara FC melawan Bali United.

Ini bukan hanya pertarungan 90 menit di atas rumput hijau. Ini adalah epik yang tercipta dari keringat, ambisi, dan sedikit... sakit hati masa lalu yang takkan pernah bisa dilupakan oleh para suporter Serdadu Tridatu.

⚽ Aroma Dendam yang Tak Pernah Hilang: Bhayangkara vs Bali United

Setiap kali nama Bhayangkara FC dan Bali United terpampang di jadwal pertandingan, ingatan saya selalu terbang ke tahun 2017. Ah, tahun itu. Tahun yang seharusnya menjadi penobatan pertama bagi Bali United, namun berakhir dengan drama yang membuat luka menganga di hati Semeton Dewata.

Anda tahu, rivalitas ini unik. Bhayangkara, yang sering dijuluki The Guardians, seringkali menjadi batu sandungan yang paling menyakitkan bagi Bali United. Dalam total pertemuan mereka di era Liga 1, catatan sejarah cenderung memihak Bhayangkara. Mereka dominan. Mereka seringkali menjadi mimpi buruk yang datang bertamu.

Mari kita lihat angka-angka, karena kisah takkan lengkap tanpa fakta pendukungnya:

> Dari 17 pertemuan terakhir kedua tim, Bhayangkara FC mencatatkan kemenangan sebanyak sepuluh kali, sementara Bali United hanya lima kali menang, dengan dua laga berakhir imbang.

Angka itu seperti pukulan telak. Meskipun Bali United sudah meraih gelar juara dan menjadi salah satu kekuatan utama di Indonesia, Bhayangkara tetaplah hantu yang sulit diusir. Setiap kali mereka bertemu, Bali United seolah membawa beban masa lalu, sebuah beban psikologis yang membuat kaki terasa lebih berat dan umpan terasa kurang akurat.

🔥 Gairah di Tengah Lampu Stadion Sumpah Pemuda

Saya baru saja membaca berita terbaru (karena Bli Pur selalu up-to-date, tentu saja!) tentang pertemuan terakhir mereka di Pekan ke-12 BRI Super League 2025/2026. Pertandingan yang baru saja usai sore tadi, 7 November 2025, di Stadion Sumpah Pemuda, Bandar Lampung.

Bayangkan atmosfernya: Bhayangkara datang dengan momentum positif, tak terkalahkan dalam tiga laga terakhir. Pelatih mereka, Paul Munster, yang selalu membawa aura serius, menyambut laga ini sebagai "tantangan penting". Di sisi lain, Bali United sedang pincang. Mereka baru saja kalah dari Persib dan performa mereka terasa "melempem," kata beberapa pengamat. Serdadu Tridatu butuh kemenangan ini untuk bangkit, untuk mematahkan tren negatif, dan tentu saja, untuk menepis bayangan dominasi Bhayangkara.

Kick-off!

Seolah ingin menunjukkan siapa tuan rumah sejati, Bhayangkara langsung menggebrak. Belum genap lima menit, stadion sudah bergemuruh. Gol cepat Dendy Sulistyawan di menit ke-4, memanfaatkan umpan silang akurat dari Ryan Kurnia, langsung menampar wajah Bali United. Skor 1-0. Itu bukan hanya gol, itu adalah pernyataan: Kami di sini, dan kami siap melanjutkan dominasi.

Babak pertama berlalu, ketegangan terasa. Bali United, dengan gaya khas mereka yang mengandalkan penguasaan bola dan pressing, terus berjuang mencari celah di pertahanan kokoh The Guardians.

⏳ Drama di Menit-Menit Akhir

Paruh kedua, kita melihat Bali United yang berbeda. Mereka lebih agresif, lebih menusuk. Tekanan demi tekanan akhirnya membuahkan hasil di menit ke-60! Kemelut di depan gawang Bhayangkara, dan bek sayap andalan mereka, I Made Andhika Wijaya, muncul bak pahlawan tak terduga, menyamakan kedudukan menjadi 1-1.

Stadion Sumpah Pemuda sempat terdiam. Momentum kini beralih. Bali United seperti mendapatkan darah baru. Namun, inilah sepak bola, kawan. Drama selalu punya babak terakhir yang tak terduga.

Tepat di menit ke-82, petaka menimpa Bali United. Gelandang mereka, Tim Receveur, menerima kartu kuning kedua, dan wasit tanpa ampun mengusirnya keluar lapangan. Bali United bermain dengan sepuluh pemain.

Di sinilah kisah bertemu takdir. Bhayangkara, di bawah arahan Munster, tahu betul cara memanfaatkan keunggulan jumlah pemain. Dua menit berselang, sebuah sepak pojok yang dieksekusi Firza Andika melayang deras ke jantung pertahanan Bali United. Dan di sana, menjulang tinggi, adalah bek tangguh Slavko Damjanovic!

Sundulan kerasnya tak mampu dibendung. GOLLLL!

Skor berubah 2-1 untuk Bhayangkara FC. Gol telat, gol yang mematikan, gol yang sekali lagi mengamankan 3 poin penting dan mengukuhkan dominasi mereka dalam Head-to-Head melawan Serdadu Tridatu.

Peluit panjang berbunyi. Bhayangkara menang. Rekor nirmenang Bali United berlanjut. Sementara Bhayangkara merangkak naik ke posisi 6 klasemen, Bali United tertahan di peringkat 10.

Ini adalah cerita klasik: "Si Dominan" kembali mengalahkan "Sang Pemenang Gelar". Sebuah kisah yang akan terus kita ceritakan, dari satu musim ke musim berikutnya, selagi Bali United mencari cara untuk akhirnya mematahkan kutukan bernama Bhayangkara FC ini.

Bagaimana, Semeton? Apakah kalian merasa ketegangan itu?

Next step: Apakah Anda ingin saya menuliskan kisah pertemuan legendaris lainnya antara Bali United dengan rival bebuyutannya yang lain, misalnya saat melawan Persib Ban

dung atau Persija Jakarta?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Goyang Ebot: Fenomena Joget Viral yang Menghebohkan Dunia Maya

Menabung Emas

RPM Halaman